IMI Siap Kerjasama Dengan Pemda Atasi Pencemaran Laut
Ambon, MALUKU – Institut Maritim Indonesia (IMI) siap bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) di seluruh Indonesia untuk mengatasi masalah pencemaran laut. “IMI bisa menjadi ekspert untuk membantu pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan kelautan,” ungkap Direktur Eksekutif IMI, Y Paonganan, kepada indonesiatimur.co, Rabu (21/11).
Paonganan mengatakan, kepedulian IMI ini dikarenakan kondisi laut di Indonesia yang telah tercemar baik oleh sampah padat dan sampah cair. “Pencemaran laut salah satunya diakibatkan sampah. Sampah yang masuk ke laut ada dua jenis, yaitu sampah padat dan sampah cair,” jelasnya.
Kedua jenis sampah ini, lanjut Paonganan, memiliki kemampuan merusak ekosistem laut yang sangat berbahaya.”Sampah padat sangat sulit terurai, ini yang tentu saja merusak laut baik dari segi estetika maupun ekologis,” paparnya.
Menurut Doktor lulusan Intitut Pertanian Bogor (IPB) ini, sampah plastik dan sampah padat lainnya akan mengganggu ekosistem terumbu karang, lamun bahkan mangrove. “Plastik-plastik ini akan menutupi coral sehingga mengganggu sirkulasi air, oksigen serta nutrien dan lain sebagainya,” jabarnya.
Dia menjelaskan, sampah cair sulit dideteksi, kecuali melalui analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan zat-zat polutan. “Tak jarang sampah cair ini mengandung polutan yang berbahaya bagi ekosistem laut, seperti logam berat dan nutrient (N, P, K) yang menimbulkan berbagai masalah ekologis dilaut,” beber Paonganan.
Paonganan menambahkan, jika laut tercemar logam berat mercuri, maka bahaya yang akan timbul bukan saja organisme laut, tetapi juga manusia yang mengkonsumsinya. Selain itu, limbah rumah tangga juga banyak mengandung nutrient.
“Biasanya dari deterjen untuk mencuci. Nutrien ini akan masuk ke perairan dan bisa menggangu ekosistem,” tandas Paonganan.
Dirinya mencontohkan, Teluk Jakarta, dengan tingginya nutrient dan sedimentasi dari daratan, menimbulkan meledak populasi makroalga (rumput laut), sehingga menutupi terumbu karang hingga karang-karang itu mati.
“Akan terjadi pergantian komunitas coral berganti dengan macroalga. Tentu konsukuensi dari hal ini akan merubah sistem dalam sebuah ekosistem dan ini akan berdampak jangka panjang,” urainya.
Untuk mencegah pencemaran laut yang lebih parah lagi, Paonganan menekankan, perlunya penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya laut bagi manusia. “Selain itu Pemerintah daerah harus membuat aturan daerah tentang upaya pengendalian pencemaran laut dengan ancaman hukuman berat termasuk didalamnya aturan tentang pembuangan limbah industri maupun rumah tangga yang aksesnya langsung ke laut,” tegasnya.
Sebagai lembaga yang berjuang untuk kejayaan Indonesia sebagai negara maritim, saat ini IMI masih fokus untuk program IMI goes to campus, yang bekerjasama dengan kampus-kampus untuk mensosialisasikan visi maritim Indonesia. “Tapi tidak menutup kemungkinan jika pemda yang berminat bekerjasama dengan IMI untuk memberikan masukan bagaimana mengelola laut secara bijak dan berkelanjutan. IMI sangat welcome untuk itu,” jelasnya.
Jika Pemda mengajak kerjasama , maka IMI akan bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan Indonesia (Himitekindo) untuk melakukan pengelolaan laut termasuk pemulihan laut yang tercemar.
“IMI berharap pemerintah lebih proaktif dalam upaya menjaga laut dan mengelolanya secara bijak sehingga berdayaguna untuk kesejahteraan masyarakat sehingga kita bisa benar-benar menjadi negara maritim,” harap Paonganan.
IMI juga siap membantu Pemda untuk mempublikasi kebijakan kelautan melalui Maritime Magazine dan Maritim TV yang dikelola IMI. (GHEA)